One day, you’ll understand everything comes for a reason especially when I’m gone- Benjamin Malik
Apakah kakak tahu? Melihat kata-kata itu di timeline twitter mu, aku ingin menangis. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mengeluarkan air mata. Aku lelah kak! Aku nggak tahu bagaimana caranya aku bisa berhenti inget kakak! Aku nggak tahu caranya agar aku bisa berhenti bersedih. Aku nggak bisa...Meskipun aku tahu, bukan kakak yang mengupload itu. Tapi aku tahu kakak yang membuat kata-kata itu. Kakak tahu gimana khawatirnya waktu kakak bilang kakak ada di rumah sakit dan dirawat? Dan kakak bilang kalau itu cuma sakit sepele dan kakak selalu bilang kakak tahu yang terbaik buat kakak? Aku khawatir. Aku kesal. Aku marah.
Aku khawatir sama keadaan kakak. Waktu Apid bilang kalau kakak ada di rumah sakit. Kena hepatitis B. waktu kakak nggak sadarkan diri selama 12 jam. Waktu kakak mimisan. Waktu kakak telat makan. Waktu kaka begadang main PS sama temen-temen kakak. Aku khawatir kakak kecapekan terus sakit lagi. aku takut kak...
Aku kesal kakak nggak mau dengerin nasehatku. Aku kesal kakak selalu bilang baik-baik aja. Aku kesal kakak selalu tersenyum seolah-olah kakak nggak nahan sakit. Seolah-olah kakak bisa sehat. Aku kesal karena setiap aku bilang sesuatu demi kebaikan kakak, kakak selalu bilang “Aku tahu yang terbaik buat diriku sendiri xD.”. aku kesal karena kakak selalu menggunakan emoticon “xD”. Aku nggak suka emoticon itu. Emoticon yang selalu bisa nenangin aku waktu aku khawatir. Aku benci. Karena aku terlalu khawatir sama kakak!
Aku marah! Waktu kakak bales mention temen kakak dan bilang “Sakit sepele kok xD”. Aku nggak marah kakak bales mention temen kakak. Tapi aku marah waktu kaka bilang itu penyakit sepele. Sepele??? Aku tanya sama kakak! Sakit sepele??? Sirosis! Hati kakak udah nggak berfungsi senormal dulu! Kakak bilang itu... sepele...?? kak...
Aku nggak tahu lagi gimana caranya ngilangin keras kepalanya kakak. Aku nggak tahu. Waktu itu aku nyerah. Kakak tahu aku benci nyerah? Kenapa? Karena menyerah membawa kecewa. Dan kecewa itu di akhir. Dan apa akhirnya? Kakak sudah tahu itu. Kakak menyerah. Kakak menyerah!! Seharusnya... seharusnya kakak berusaha... seharusnya kakak bisa. Kakak bisa hidup... lebih lama lagi...
Seharusnya kaka bisa hidup lebih lama lagi kalau kaka berusaha! Kalau kakak... kalau kakak nggak keras kepala! Tapi percuma. Percuma aku teriak-teriak. Percuma aku nangis. Percuma aku sedih. Toh, kakak juga nggak mungkin bisa sms aku lagi. Nggak bisa mention aku lagi. Nggak bisa dengerin lagu kesukaan kakak bareng-bareng lagi. Nggak bisa curhat ke kakak lagi, nggak bisa minta pendapat tentang cowok lagi. karena Allah punya maksud lain
Kakak tahu? Waktu aku tanya ke kakak seperti apa cowok yang baik ke cewek itu? Aku ingin kakak menjawab “Seperti aku.”. karena kakak selalu baik ke cewek. Karena kakak bilang, “Cowok yang baik itu nggak bikin cewek sedih ataupun sampai nangis. Karena, itu sama saja dengan menyakiti hati ibu dan kakak perempuan ku sendiri ”.
Aku nggak tahu lagi, kapan aku bisa menemukan seorang cowok yang benar-benar menghargai perasaan. Yang benar-benar bisa menjaga perasaan cewek. Yang benar-benar mengerti perasaan cewek. Seperti kak Ben...
You’ll always be my brother. My sweet brother. Eventhough, you can’t go back and change everything to be ok. Eventhough, you can’t alive again. Eventhough, you can’t woke up from the grave. Eventhough, you can’t and you’ll never text me, wrote a messege for me again, saying “good morning”,” good night”, “have a nice dream my sweet cupcakes xD” again, mention me again in my twitter. Eventhough, just a “good bye” you can spell it very well right yesterday. Eventhough you can leave me alone here, I will always remember you. I’ll never forget you. Start from the past, yesterday, now, and forever. My sweet cow
Delete This Post!
BalasHapus